Bertempat di Universitas Sultan Agung (UNISULA) Semarang, telah diselenggarakan Kejurda Pencak Silat Pelajar yang berlangsung sejak hari Jumat, 28 Maret sampai dengan Minggu 30 Maret 2008. Duta dari SMA 1 Rowosari antara lain : M Zaki berlaga di Kelas B, Imam Bukhori berlaga kelas G, dan Nur Istanti berlaga Kelas D.

Meskipun hanya sempat berlatih secara singkat, namun mereka telah kembali ke sekolah dengan hasil yang membanggakan. Seletah melalui perjuangan berat akhirnya panitia menetapkan Imam Bukhori dan Nur Istanti sebagai Juara III dan M Zaki sebagai Juara IV atau Juara Harapan. Kontingen di pimpin oleh tim pelatih yang terdiri dari Hartono, Judiyanto dan M Kasmani.

Senin, 31 Maret 2008 Kontingan melaporkan hasil kemenangan ini kepada Kepala Sekolah. Mereka di temui Kepala Sekolah – Sunarto. Dalam sambutannya Sunarto menyampaikan rasa terima kasihnya atas prestasi yang telah di raih dan mengharapkan untuk selalu ditingkatkan dan diharapkan pula prestasi ini mampu memotivasi siswa-siswi SMA 1 Rowosari untuk meraih prestasi-prestasi lain. Sunarto yakin bila segala sesuatu dipersiapkan dengan kesungguhan maka akan memperoleh hasil yang baik.

Oleh: nartokendal | Februari 19, 2008

Di Tubuhku Mengalir darah Singa

Hari itu, hari Minggu tanggal 17 Februari 2008. Aku bersilaturohim ke orang tuaku di Kulonprogo, ketemu dengan mamakku dan bapakku. Mamakku tampak lebih kurus badannya di bandingkan pertemuan kami beberapa waktu yang lalu, ternyata mamak baru saja sakit untuk beberapa waktu, sehingga mengalami penurunan berat badan. dan Bapakku masih seperti biasanya saat kami ketemu beberapa waktu yang lalu, Beliai masih berjalan dengan agak tetrtatih-tatih karena kakinya sakit pasca operasi beberapa tahun yang lalu belum pulih 100%. Aku berbagi ceritera dengan mamakku dan bapakku dirumah di Kulonprogo. Setelah lama tak bertemu karena aku tinggal di Kendal, maka kami pun saling melepas rindu dengan bercerita secara bergantian.
Banyak hal yang kami sampaikan dalam pertemuan itu mulai dari hal-hal kecil sekedar menanyakan kabar dan kegiatan-kegiatan yang kami lakukan sampai dengan hal-hal yang bersifat penting menyangkut silsilah keluarga dan cerita masa lalu, saat beliau masih muda dan saya pun belum di lahirkan. Akhirnya kami sepakat untuk menelusuri silsilah keluarga baik dari garis keturunan mamakku maupun dari garis keturunan bapakku. Satu persatu setiap orang yang berkaitan dengan garis keturunan kami tulis. Ada yang unik dan mengjutkan dalam penyebutan nama-nama leluhur saya. Dan yang cukup mengagetkan ternyata dalam tubuh ini telah mengalir darah Singa yang selama ini belum pernah kami ketahui. Bagaimana tidak, tak pernah terfikir sebelumnya untuk membuat urutan garis keturunan dan mengingat-ingat nama-nama leluhur, namun hari itu entah kenapa kami sepakat untuk mengabadikannya.
Salah satu nama yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kami tentu adalah kakek dan nenek kami yang kini telah tenang di sisi Allah SWT. Aku terlahir dari mamakku yang bernama Suratiyem dan bapakku bernama Wakidi Siswomiharto. Dari garis keturunan bapakku ternyata terungkap ada darah Singa dalam tubuh ini. Inilah Fakta… karena kakeku dari jalur bapakku bernama Singasemita. Percaya atau tidak itulah kenyataannya. Ya, Dalam tubuhku mengalir darah Singa….

Oleh: nartokendal | Februari 18, 2008

Bandhulan

Saat kita memiliki bayi dan kita ingin menidurkan si buah hati, biasannya kita menggendongnya. Namun tidak demikian dengan pendahulu kita. Mereka menggunakan bandhulan untuk menidurkan sibuah hati.  Alat ini terbuat dari anyaman bambu mirip keranjang yang berukuran panjang x lebar x tinggi : 70x100x50 cm. Alat ini dipasang didalam ruang tengan sebuah rumah dengan cara digantungkan dengan tali panjang pada kayu yang merupakan rangka rumah. Selanjtnya bandhulan di isi dengan kasur dan bantal kecil, serta beberapa kain berupa kain jarik sehingga menjadi empuk dan nyaman untuk menranuh bayi dan selanjutnya badhulan di ayun dengan cara di tarik dan lepas. Dengan cara ini si buah hati merasa nyaman dan ahirnya tertidur. Bayi akan bangun bila mengompol atau terkejut kalau ada suara keras yang didengarnya. Alat ini sekarang tidak ada lagi, karena alat ini membutuhkan ruangan gerak yang luas, sehinga hanya rumah-rumah besar yang memungkinkan menggunakan alat ini. Sekarang rumah-rumah ukurannya tidak sebesar kala itu, apalagi dalam tipe-tipe rumah di perumahan dapat dipastikan rumahnya tidak muat untuk ruang gerak bandhulan. Akhirnya barang ini ditinggalkan.

Oleh: nartokendal | Februari 18, 2008

Padasan

Pada masyarakat pedesaan yang berpegangan dengan islam sebagai agamanya, alat ini memiliki peran tersendiri dalam  perjalannya spiriuttualnya. Bagaiman tidak? Seorang muslim yang akan melaksanakan sholat pasti didahului dengan mengambil air wudhu. Nah saat berfudhu inilah peran padasan dibutuhkan. Alat ini adalah alat penampungan air wudhu yang selalu ada di setiap langgar/mushola atau bahkan di setiap rumah muslim. Alat ini terbuat dari tanah liat yang telah di bakar, bentuknya seperti genthong dengan ukuran lebih kecil, namun dibagian bawah di beri lubang layaknya kran sebagai tempat mengalirkan air saat berwudhu. Sekarang di setiap mushola telah didantikan oleh tower dan tempat aliran air digatikan oleh kran. Selamat tinggal Padasan.

Oleh: nartokendal | Februari 18, 2008

Keren

Pengucapan kata “keren” kuncinya ada pada ucapan kedua huruf “e” penyusun kata tersebut. Kedua huruf “e” dalam kata “keren” tersebut seharusnya kita baca dengan suara yang sama dengan pengucapan huruf ”e” pada kata ”semut”. Kalau pengucapannya berpeda bisa bermakna lain.Keren yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia menjadi “tungku masak” adalah alat memasak yang terbuat dari tanah liat dan berbentuk menyerupai bola yang dibuat lubang di sisi depan sebagai tempat memasukkan kayu sebagai bahan bakar dan pada sisi atas adalah sebagai tempat untuk menaruk alat yang akan dipanasi.   Alat ini telah tergusur oleh kompor minyak dan kompor gas. Di wilayah perkotaan sudah dapat dipastikan laat ini sudah tidak ada.

Oleh: nartokendal | Februari 18, 2008

Genthong

Seiring perkembangan jaman alat yang satu ini juga tergusur oleh alat-alat modern. Genthong yang mada masa lalu berfungsi sebagai alat  penyimpan beras, kini telah tergantikan oleh rice box, yang terbuat dari plastik. Bentuk genthong yang unik, menjadikan alat ini terlihat artistik dan kini menjadi antik. Memang barang yang sejenis dengan genthong ini banyak kita temu di jaman sekarang ini berupa Guci, Guci hampir dapat kita temukan di setiap ruang tamu sebagai bahan asesori ruangan.

Oleh: nartokendal | Februari 17, 2008

Geretan

Sebuah keluarga baru, yang telah merasakan kebahagiaan karena keadiran sang buah hati –anak– tentu sangat ingin anaknya memiliki perkembangan yang normal. Apalagi bila telah memasuki   pertumbuhan fisik, dari merangkak, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain. Biasanya petumbuhan anak pada usia-usia 1 samapi dengan 2 tahun adalah usia perkembangan fisik anak yang sangat dominan karena pada usia ini anak mulai berjalan dan mulai berbicara. Oleh karena itu orang tua biasanya berupaya untuk menyediakan alat bantu untuk mendukung pertumbuhan ini.

Salah satu alat bantu tradisional adalah Geretan, alat ini terbuat dari bambu dan kayu, berbentuk seperti huruf “L” terbalik. Alat ini berfungsi sebagai alat bantu berdiri dan berjalan bagi anak usia 1-2 tahun. Bagian tubuh alat ini terbuat dari bambu dengan panjang 40-50 cm, sedangan bagian handle atau bagian untuk berpegangan terbuat dari kayu. Sedangkan untuk stabilitas berdirinya alat ini, dipasangkan pada sebatang kayu yang telah ditancapkan pada tanah dan selanjutnya badan Geretan yang terbuat dari bambu di tancapkan pada batang kayu yang telah terasang di tanah. Batang kayu ini menjadi pusat tumpuan geretan. Operasional alat ini cukup sederhana, yaitu geretan dapat berputar 360 derat mengelilingi kayu yang berfungsi sebagai pusat putaran.

Dengan alat ini anak akan terrangsang untuk berpegangan pada handle yang merangsang anak untuk berdiri, sedangkan geretan akan berputar karena adanya beban yang ada pada handle, gerakan memutar inilah yang berfungsi untuk merangsang anak mengikuti gerakan  berputar dengan melangkahkan kakinya sehingga anak dapat berjalan memutar dengan berpegangan pada handle.

Alat yang angat sederhana inilah yang telah berperan dalam sejarah pertumbuhan balita hingga dapat berjalan. Tidak diketahui secara pasti, kapan alat ini di temmukan dan siapakah penemunya, namun telah berjasa dalam perjalanan pertumbuhan manusia. Bahkan mungkin alat ini juga belum ada hak patennya….. Yang jelas inilah kehidupan tradisional masa lalu yang kini tinggal kenangan.

Oleh: nartokendal | Februari 17, 2008

Timba

Alat yang satu ini telah berperan sangat penting dalam kehidupan tradisional. Sebagai alat untuk mengambil air dari sumur, timba sangat berjasa dalam mewujudkan kesejahteraan manusia. Alat ini pada jaman modern seperti  sekarang memang sudah sulit ditemukan karena perannya telah tergantikan oleh mesin pompa air. Di Masyarakat pedesaan masih sering kita temukan pada sebagian kecil masyarakat. Hanya pada keluarga tertentu saja alat ini bisa ditemukan. Terutama pada daerah yang belum terjangkau aliran listrik atau pada masyarakat dengan kemampuan ekonomi lemah. Sedangkan pada daerah yang telah ada aliran listrik, hampir dapat dipastikan alat ini telah menjadi kenangan. Demikian juga dengan kalangan masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas, alat ini bener-bener telah menjadi barang museum atau bahkan sudah sulit untuk memberikan gambaran tentang timba, bagaimana cara operasinya, bagaimana bentuknya, bagaimana membuatnya serta segala seluk beluknya.

Bagi Penulis alat ini telah mewarnai sebagian besar usia kecil dan remaja juga masa dewasanya. Bisa dibayangkan penulis yang berasal dari daerah pedesaan, saat kecilnya, setiap hari di waktu pagi dan sore harus menarik timba untuk mengisi bak mandi. Bak mandi yang berukuran besar membutuhkan kurang lebih 200an ember. Nah tergambar jelas kan betapa kerjaan rutin ini cukup berperan dalam membentuk otot-otot lengan yang kokoh. Kita sekarang memang telah hidup di jaman digital, yang semuanya serba mudah dan tersedia. Anak-anak generasi sekarang tak pernah lagi melihat atau memegang alat-alat rumah tangga tradisional seperti timba. Barangkali tulisan ini serta didukung gambar timba dapat mengingatkan para generasi muda yang telah ber-frame digital ini untuk mengingat barang-barang yang menjadi bagian hidup para pendahulunya.

Oleh: nartokendal | Februari 9, 2008

Program SGSE, SGSG, SGSB… di SMA 1 Rowosari

Dalam upaya untuk menambah keterampilan dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, SMA 1 Rowosari selenggarakan pelatihan Internet. Bebrapa program yang di lounching pada acara itu adalah program SGSE, SGSG, SGSB. Apakah itu?
SGSE adalah Satu Guru Satu E-mail.
SGSG adalah Satu Guru Satu Group (Milis).
SGSB adalah Satu Guru Satu Blog.

Pelatihan akan di laksanakan pada tanggal 15 dan Pebruarai 2008 bertempat di Laboratorium komputer SMA 1 Rowosari. Pelatihan ini dikemas secara sederhana dengan mengotimalkan Sumber Daya yang ada di Sekolah. Pelatihnya adalah anak-anak magang dari mahasiswa D3 TKJ yang ditempatkan di SMA 1 Rowosri. Pelatihan di rencanakan di mulai pada pukul 13.00 WIB. pasca sholat Jumat, dan diakhiri pukul 16.00 WIB.

Mereka itu adalah Catur Septyaningsih, Iwan Setiawan, Nurul Huda serta didukung pula pak Mastur, Mas Wahyu. menjelang pelatihan ini mereka sedang sibuk menyiapkan bahan presentasi untuk melatih para guru dan karyawan.

Dalam mensukseskan acara ini telah di persiapkan dukungan koneksi internet dengan menggunakan koneksi Jardiknas (ICT-Kendal) dan speedy yang telah di share di Lab. Komputer. Uji coba koneksi telah di lakukan pada hari Sabtu, 9 Pebruari 2008. Hasil uji coba koneksi ternyata sangat membahagiakan, semua komuputer dapat terkoneksi dengan baik, dengan kecepatan yang relatif memadai. Dukungan dua jenis jaringan ini sangat membantu keberhasilan pelaksanaan kegiatan.

Target jangka panjangnya adalah meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan fasilitas IT untuk meng-upgrade kompetensinya.

Jangka pendeknya diharapkan dapat turut membantu mempersiapkan UN dengan mencari sebanyak mungkin tipe-tipe soal yang dipergunakan untuk latyihan bagi para siswa yang akan menmpuh UN 2008.

Semoga berhasil.

Oleh: nartokendal | Februari 9, 2008

Perjalanan Kisah Sekolahku…………

Aku dilahirkan di kampung yang sangat pelosok di wilayah kabupaten Kulonprogo, tepatnya di dusun Kalangan, Desa Bumirejo, Kecamatan Lendah. Masa kecilku sepenuhnya saya habiskan di kampung itu. Mengawali pendidikan di dusun, aku masuk TK ABA, selama satu tahun sayabermain dengan temen-temn. Mesti di dusun namun TK saya cukup ramai dan mneyenangkan. Ibu guru yang penuh kesabaran mengajak bermain, memberikan cerita, bernyanyi, berlomba, melawat dan seabreg kegiatan kekanak-kanakan yang lain. Senang betul waktu itu. Dengan temen2 yang bandel-bandel kadang membuat ibu guru itu marah. KAmi berkelai, saling dorong, saling pukul, dan……. saling menangis. itulah tingkah polah anak kecil yang selalu menguji kesabaran sang guru.

Selesai TK, dengan mengikuti prosesi akademik yang begitu berwibawa kami di wisuda dan pulang membawa ijazah. Gagah betul! punya ijazah untruk kali pertma. Selembar kertas yang di bungkus plastik rapi itu tertempel foto imut-imut. Eh… amit-amit kali….. Bangga membawa ijazah kerumah dan pingin segera ditunjukkan kepada Bapak….. (Pingin dapet pujian)

beberapa hari kemudian, dengan diantar oleh Mamak, aku didaftarkan ke sebuah SD Negeri. Sekolah yang letaknya kurang lebih 3 km dari rumah. Dengan berjalan kaki aku dan Mamak meuju ke SD Negeri PAnjatan 1. itulah sekolah tempat mengikuti pendidikan dasarku.

Diterima di kelas I bersama temen2 yang tak kukenal sebelumnya, meski ada beberapa yang telah saya kenal karena berasal dari satu kampung. Temen-temen sekampungku antara lain : Tono, Ponidi, Dikum, Panut, Tumar, Yadi, Haris, Poniman. Mereka semua kini masih tinggal di kampung dan hidup bahagia di sana.

Sekolah di SD Negeri Panjatan 1 banyak kenangan yang lucu, aneh, kesel, dan lain-lain. (Kesan-kesan diposting lain kali aja).
Beberapa nama guru sangat lekat di hati ini, Beliau adalah Ibu Ekonomi, Ibu Sri Wijanti, Ibu Samsidah, Ibu Darwati, Ibu Suci, Bapak Suradjiman, Bapak Suparjo. Mereka semua orang orang berjasa dalam hidupku. Atas bimbingan mereka kini aku dapat menjalani hidup di dunia pendidikan, seperti mereka menjadi guru. Sikap beliau mengilhami sejak kecil untuk bercita-cita menjadi guru.

Enam tahun sudah berlalu, dan dengan memperoleh ijazah saya melanjutkan sekolah tingkat lanjutan pertama di SMP Bumirejo, Guru-guruku antara lain, Bapak Pardi, Bapak Taryo, Ibu Prapti, Bapak Samuri, Ibu Nunuk, dan lain-lain. Bersma mereka kujalani hari-hari belajar di SMP Bumirejo. Kawa-kawanku : Sartono, Isuryadi, Heru, Sito, Danding, Sumantri, Dandung, Erna, Tutik, dll.

Tiga tahun menempuh hari-hari di pendidikan tingkat lanjutan pertama. Lulus tahun 1996, melanjutkan ke SMA Negeri 1 Lendah. Bersama guru-guru istimewa seperti pak Paijan, pak Sugeng, pak Edi, pak Sumantoro, Ibu Retno, Ibu Endang, dll. Kawan-kawanku, Aris, Purwanto, Endang, Kelik, Asih, Arie, Afif, dll. Dimanakah engkau sekarang?

Lulus SMA tahun 1989, melanjutkan studi di D3 UGM jurusan matematika. Temen-temen, Iwan, Joko, Lubis, dlll. dah tugas dimana sekarang??

Lulus UGM tahun 1992 mendapat tugas ikatan dinas untuk mengajar di SMA Negeri 1 Cepiring, sambil mengajar elanjutkan studi ke IKIP Semarang, lulus tahun 1999.

Itulah perjalanan sekolahku………..

Older Posts »

Kategori